0
Pendiri kampung Inggris Kediri: Orang maju itu karena kuat analisa

Keberhasilan Mr. Kalend, pendiri kampung Inggris di Desa Pelem Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur, tidak lepas dari kuatnya analisa yang dia pelajari dari para gurunya. Menurutnya, orang maju itu karena kuat analisa dan banyak melihat peluang.

"Saya belajar itu dengan Ustaz Yazid, dan beliau adalah inspirator saya," ujar Mr. Kalend kepada merdeka.com, Rabu (11/3).

Peluang itu dimulai di emperan Masjid Darul Falah tempat Ustaz Yazid, di Pelem Pare. Dari situlah Kalend memulai kiprahnya sebagai guru bahasa Inggris. Itu pun dijalaninya tanpa sengaja.

Awalnya ketika ada dua mahasiswa semester akhir IAIN Sunan Ampel, Surabaya datang ke Pare untuk berguru kepada Ustaz Yazid. Kedua mahasiswa itu hendak menjalani ujian akhir Bahasa Inggris di kampusnya, namun saat itu Kiai Yazid sedang keluar daerah, padahal ujian akhir tinggal lima hari lagi. Hingga akhirnya istri Ustaz Yazid menyarankan dua mahasiswa itu untuk belajar bahasa Inggris kepada Kalend.

"Cobalah belajar kepada Pak Kalend. Dia pernah di Gontor,dia pasti bisa," ujar Kalend menirukan saran istri Kiai Yazid kepada dua mahasiswa itu.

Hingga akhirnya Mr. Kalend pun memberanikan diri untuk mengajar dua mahasiswa itu, walau dia belum pernah mengenyam bangku kuliah. Akhirnya keduanya belajar bahasa Inggris bersama Kalend di emperan Masjid Darul Falah selama lima hari untuk membahas soal-soal yang menjadi acuan untuk ujian bahasa Inggris kedua calon sarjana itu.

Berbekal pelajaran dari Kalend, kedua mahasiswa itu lulus dan menyandang gelar sarjana. Setelah ujian di IAIN Sunan Ampel Surabaya, keduanya kembali berguru kepada Kalend. Kisah sukses kedua mahasiswa itu lantas menyebar.

"Kedua murid saya itu adalah Imam Saroni, rumahnya Ngino Plemahan Kabupaten Kediri. Satunya lagi sudah meninggal namanya Abdullah Umar dari Purwoasri," tuturnya mengenang.

"Kalau tidak kuat analisanya mana mungkin dari dua murid menjadi enam dan sekarang alumni kita sudah mencapai 22 ribu yang tersebar dari seluruh nusantara dan luar negeri dari 127 angkatan," terangnya.

Murid Mr. Kalend yang calon sarjana ini mengingatkan doanya ketika ia masih nyantri di Gontor. Bahwa dirinya akan memiliki murid kursus Bahasa Inggris sarjana, sebab banyak sarjana yang tidak pandai berbahasa Inggris meski gelar telah ia sandang.

"Dari keduanya itulah banyak memberikan informasi membawa banyak murid yang datang dan mau belajar kepada saya hingga sekarang ini," terangnya.

Kalend tidak memungkiri keberhasilan yang dia lakukan adalah juga berkah Kiai Zarkazi, kiainya saat nyantri di Ponpes Modern Gontor. Kalend mengaku mengadopsi sistem pendidikan di Gontor,

"Terutama dalam masalah administrasi, organisasi, saya pikir tanpa pengalaman di Gontor saya tidak bisa seperti ini," terangnya.

Sistem ketat dalam belajar yang dia dapatkan di Ponpes Modern Gontor diterapkan dan akhirnya membuahkan hasil. "Di sini anak-anak sudah tahu program kita ini enam bulan, tiga bulan pertama masih memakai bahasa Indonesia boleh. Tapi ketika memasuki tiga bulan kedua, tidak boleh tidak harus berbahasa Inggris setiap hari. Kalau melanggar langung kita keluarkan tanpa kompromi. Jadi dengan sistem itu orang tidak berani melanggar," tuturnya.

Selain mengajar Bahasa Inggris, Mr. Kalend juga memberikan motivasi kepada anak didiknya tidak terkecuali siraman rohani. "Di saat tertentu kita isi pengajian pun demikian juga di bulan Ramadan. Ndak pernah saya memakai kitab seperti para kiai," ungkapnya merendah.

Sebagai pelopor kursus Bahasa Inggris di Pare, apa yang telah dirintis Mr Kalend banyak menginspirasi orang untuk
mendirikan kursus Bahasa Inggris. Apa yang telah dia rintis adalah hasil jerih payahnya tanpa pernah meminta bantuan dari pemerintah, hingga berdiri bangunan megah yang dikenal dengan Basic English Course (BEC).

Mr. Kalend mengakui bahwa mereka yang mengikuti jejaknya untuk mendirikan tempat kursus yang jumlahnya kini ada ratusan di Pelem Pare sebagian adalah murid-muridnya. Dan yang membuat dirinya bangga adalah kini di kampung dirinya memulai mendirikan kursus, warga sekitar telah mahir berbahasa Inggris, tidak terkecuali para pedagang, pemilik persewaan sepeda, pemilik kos yang mencari hidup di 'kampung Inggris' sebuah julukan yang tidak disuka oleh Mr. Kalend karena dianggap menyesatkan.

"Banyak jumlahnya yang telah berhasil, yang terbaru seperti di Blora Jawa Tengah, bisa dikatakan cucu BEC. Jadi saya punya punya murid namanya Arif, angkatan ke 53. Arif ini orang Jombang dan membuat tempat kursus di Jombang namanya EEC. Arif punya murid namanya Edi dari Blora. Edi ini sekarang berkembang dan besar. Sudah membangun tempat kursusnya dan lumayan bagus," terangnya.

Ada satu hal disampaikan Mr. Kalend tentang keberhasilan 'cucunya' Edi, lebih sukses dari dirinya. "Kesuksesan Edi adalah bisa merangkul pemerintah. Sampai banyak anak sekolah yang belajar sama dia. Kalau saya sendiri saya tidak punya celah untuk itu," katanya.

Diceritakan Mr. Kalend di tempat kursus Edi awalnya datang orang pemerintahan lalu tertarik mendekat dan memberi support masuk ke dalam tempat kursusnya. Dan mereka yang dikursuskan di tempat Edi setiap ada lomba selalu menang.

"Lalu pemerintah melihat hal yang baik. Sebab ketika sistem kursus dibawa ke sekolah tidak cocok. Akhirnya anak-anak sekolah mengalah supaya dapat hasil yang bagus dengan cara kursus dan akhirnya berkembang," pungkasnya.

Posting Komentar Blogger

 
Top